Oleh : Subki Sukendi*
Semua orang tentu tau bahwa hidup ini sementara, tetapi
tidak ada yang tau kalau ia harus hidup berapa lama?. Semua orang pasti ingin
menjadi sukses, tapi tidak semua orang tau caranya menjadi sukses. Semua orang
tau bahwa segala sesuatu membutuhkan proses, tapi tidak semua orang mau
menjalani prosesnya. Kita yang sekarang berbadan besar ini, dulunya kecil. Kita
yang sekarang pandai membaca dan menulis ini, dulunya buta huruf. Kita yang
sekarang pandai berbicara, dulunya tidak bisa berbicara. Kita selalu berproses
seiring dengan berjalannya waktu. Masa sekarang dan masa depan kita tidak akan
berbeda, bila kita tidak melakukan perubahan.
Sebagai seorang mahasiswa, kita memiliki target-target
yang perlu kita capai. Dari target-target kecil menuju target besar. Untuk
menyelesaikan program studi strata 1, kita butuh waktu empat atau lima tahun.
Dan dalam setiap tahunnya kita dituntut untuk bisa melewati ujian-ujian yang
disediakan untuk menuju tahun berikutnya, hingga menuju puncak strata 1. Dan
ini bukanlah akhir dari perjalanan studi kita, karena baik melanjutkan ke
jenjang strata 2 dan 3 ataupun tidak, kita tetap terus berproses dalam studi
kita, baik secara formal maupun nonformal.
Dan sebagai bagian dari masyarakat, kita tidak bisa
terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Kehidupan dunia kampus merupakan
gambaran kecil dan miniatur kehidupan bermasyarakat. Kita tidak bisa hidup
hanya untuk diri sendiri, karena kita adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Dan salah satu perwujudan dari belajar
bermasyarakat, dunia kampus membentuk berbagai organisasi yang tujuannya untuk
membentuk karakter pribadi yang peduli dan pandai dalam mengelola berbagai
persoalan dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
Jadi, kita sebagai penduduk kampus dituntut untuk
sukses studi, dan sebagai unsur masyarakat kita dituntut untuk sukses
berorganisasi. Pelajaran-pelajaran yang kita geluti di kampus sejatinya selain
untuk diri sendiri juga untuk disampaikan dan diterapkan di masyarakat kita,
dan tentunya untuk menyampaikan dan menerapkan hal tersebut kita membutuhkan
ilmu sosial diantaranya kita dapatkan dari pengalaman berorganisasi.
Tentu kurang bijak jika kita hanya menggeluti satu
bidang (pelajaran kampus) dan meninggalkan bidang lainnya (organisasi), padahal
keduanya saling berkaitan. Kita bisa melihat perbedaan secara kasat mata antara
orang yang memisahkan antara kampus dan organisasi, dan antara orang yang
menyatukan keduanya. Kesibukan di kampus tidak bisa dijadikan alasan/pembenaran
untuk meninggalkan organisasi sama sekali, dan begitu juga organisasi tidak bisa
disalahkan mengganggu aktifitas belajar di kampus. Keduanya harus diberikan
porsi secara proporsional, agar tidak saling bertabrakan. Persoalannya itu ada
pada manajemen waktu.
Kita semua memiliki waktu yang sama-24 jam sehari
semalam-, tidak ada perbedaan banyaknya waktu antara satu mahasiswa dengan
mahasiswa lain, antara mahasiswa dengan dosen, antara mahasiswa dan bukan
mahasiswa, semua memiliki jumlah waktu yang sama. Perbedaannya hanya terletak
pada kualitas waktu yang dimanfaatkan. Jangan pernah berfikir bahwa mereka yang
hebat-hebat itu memiliki jumlah waktu lebih banyak dari kita.
Perlu diingat bahwa prestasi itu bukan hanya milik
bidang akademik, tapi juga milik bidang organisasi dan bidang-bidang lainnya. Penulis
sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan mana yang lebih baik, prestasi akademik
atau prestasi organisasi?, karena bagi penulis keduanya harus sejalan dan
seimbang.
Organisasi secara umum bisa diartikan dengan ‘Suatu kelompok orang dalam suatu wadah
untuk tujuan bersama’.
Dan pendidikan akademik diartikan dengan ‘Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup
program pendidikan sarjana, magister, dan doktor’.
Dari kedua
definisi di atas terlihat jelas bahwa organisasi dan akademik tidak saling
bertentangan. Dan jika ditelusuri lebih dalam, dapat kita temukan tujuan yang
saling mendukung antara organisasi dan pendidikan akademik.
Kita tidak bisa
menafikan bahwa membagi waktu antara pendidikan akademik dan organisasi,
faktanya tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan tidak semudah membuat
teori. Kita butuh kemauan keras dan latihan membiasakan diri untuk membagi
waktu. Terlebih ketika kita terbuai oleh salah satu dari pendidikan akademik
dan organisasi.
Ketika kita
menekuni pendidikan akademik, seolah rasanya membuang waktu percuma jika kita
bergelut di luar pendidikan akademik. Dan ketika kita aktif di organisasi,
seakan tidak ada waktu untuk mempelajari dunia akademik. Hingga akhirnya kita
berkesimpulan bahwa kita memang tidak bisa menggabungkan antara pendidikan
akademik dan organisasi, mau tidak mau harus ada yang dikorbankan. Benarkah kesimpulan
tersebut?. Mungkinkah kita bisa berprestasi dalam akademik dan organisasi
sekaligus?.
Sah-sah saja kita
berkesimpulan seperti di atas, karena memang sebagian besar faktanya seperti
itu. Sekarang muncul pertanyaan, kenapa secara teori akademik dan organisasi
bisa saling mendukung dan tidak saling mengganggu, tapi secara fakta amat sulit
untuk dilakukan.
Menurut penulis
hal itu terjadi karena dampak dari organisasi yang kurang berjalan sebagaimana
mestinya. Jika organisasi berjalan dengan baik dan semua struktur organisasi
bekerja sesuai fungsi dan tugas masing-masing, dan semua dilakukan tepat waktu
seperti yang direncanakan, mungkin tidak akan ada yang namanya organisasi
berbenturan dengan pendidikan akademik.
Ya sekali lagi
saya katakan, itu tidak mudah untuk dilakukan. Tapi di sinilah letaknya seorang
organisatoris dituntut untuk bisa menjalankan organisasinya dengan cerdas.
Organisasi bukan kerja individu tapi kerja kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Semua unsur organisasi dituntut untuk memahami dan menjalankan dengan
baik fungsi dan tugasnya masing-masing.
Sekarang mari kita
lihat, benarkah organisasi itu mengganggu pendidikan akademik?. Jika organisasi
dijalankan sebagaimana mestinya, masihkah organisasi mengganggu pendidikan
akademik?. Dan patutkah kita menyalahkan organisasi itu sendiri?. Jadi,
siapakah sebenarnya yang salah?
Pendidikan akademik dan organisasi keduanya
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Untuk meraih tujuan-tujuan tersebut
tentu dibutuhkan strategi dan perencanaan matang, agar tercapai tepat pada
waktunya.
Tulisan kecil ini hanya sebatas pandangan pribadi
penulis saja. Penulis ingin memberikan pandangan terhadap persoalan lapangan,
yang dalam pandangan penulis sendiri, masih perlu dibahas lebih lanjut. Semoga bermanfaat.
* *
Mahasiswa
Pasca Sarjana al-Azhar
0 comments:
Post a Comment